~sebuah harapan~
katanya:
Akalku ini, dah lama berhenti berharap
Tapi, entah kenapa, hati ini tetap juga berharap
Lagi dan lagi, tanpa fikir duka, lelah, pedih.
Dan, yang lebih malang lagi adalah
Apabila diriku ini terlalu dikawal oleh hati
Kerna, akalku tak bisa, tak akan pernah bisa
Kalahkan hatiku, dalam mempengaruhi aku.
Kenapa, hati tetap juga berharap, lagi dan lagi
Walaupun akal tahu, sangat-sangat tahu
Bahawa harapan itu bersifat ilusi
Tetap ilusiku untuk ku lari dari realiti
Ilusi yang penuh dengan angan-angan?
Kenapa, akalku tak bisa mematikan
Peranan hatiku dalam soal berharap/harapan?
Cukuplah aku lemas merana lagi dan lagi
Kerna hati yang tidak bisa bezakan
Antara angan-angan dan sebuah harapan.
Ulasan
Catat Ulasan