perihal cinta
katanya:
wahai kamu
mari kita berbicara perihal hati
bukan perihal cinta romantika
tapi perihal Cinta, perihal Realiti...
atau, kamu hanya berminat
berbicara mengenai ia
setelah jiwamu kosong
diisi pelbagai informasi
dalam tebalnya buku-bukumu?
wahai kamu
mari kita duduk berbicara Cinta
atau ia sekadar sia-sia anggapmu.
mungkin, ia tidak lagi sia-sia
setelah psikologimu, jiwamu
diisi kekosongan human affair.
tapi sampai kapankah
baru jiwamu akan rasa kosong
[setelah ia diisi masalah masyarakat
yang tiada penghujungnya]?
wahai kamu
mari duduk dengan mereka
dengarlah mereka berbicara Cinta
atau, kamu anggap ia bosan...
mungkin ia tidak akan lagi bosan
setelah dikau diberitahu doktor
bila ajalmu bakal mendakapmu.
kerna, andai kamu tahu masa matimu
masihkah kamu mengumpul informasi
untuk dirimu berdebat sana sini
atau kamu mahu sibukkan dirimu
untuk bersihkan jiwamu, hatimu, akhlakmu
dari diikat erat perihal dunia, dan ego?
wahai kamu
dengarlah kata-kata perihal Cinta
jangan anggap ia sia-sia
kerna, dikau tidak akan anggap ia
sebagai sebuah kesia-siaan lagi
setelah dikau sedari bahwa debat
hanyalah sekadar kebodohan egomu,
pengumpulan maklumat untuk debat
sebelum jiwamu dipenuhi Cinta
sekadar caramu mendakap erat
akan egomu, nafsu haiwanmu.
[itupun, andai dikau masih mahu
memenuhi masamu dengan debat
dan pengumpulan informasi dunia,
setelah dikau tenggelam lemas
dalam lautan keindahan Cinta,
setelah jiwamu disibukkan Cinta
dan masih mahu disibukkan Cinta].
wahai kamu
jangan palingkan mukamu
ketika mereka berbicara Cinta
atau, kamu bakal mencari mereka
setelah batinmu, jiwamu penat
[ia krisis, ia derita, ia kekosongan]
kerna kamu mengisi pelbagai maklumat
dalam mindamu, sebagai egomu.
wahai kamu
yang teriak sana-sini tanpa kalah
mari duduk dengar perihal Cinta
atau kamu hanya nak tahu Cinta
setelah politik, ekonomi, sosial
hanya memberimu kekosongan
[sekadar caramu sibukkan zahirmu
untuk lari dari derita dalam jiwamu].
wahai kamu
yang hebat berbicara, berdebat
yang informasi pelbagai dalam minda
marilah duduk, dengar perihal hati
biarlah jiwa diisi penuh perihal Cinta
atau, kamu hanya mahu tahu
perihal Cinta, perihal hati, perihal diri
setelah dikau ditikam existential crisis?
setelah kamu yang ada dalam dirimu sedari
bahwa pengumpulan banyak informasi
hanyalah sekadar sebagai catharsis mu
untuk lari dari sepi, sunyi jiwamu?
wahai kamu
andai logikmu bisa mengenal Cinta
maka, teruskanlah teriakmu
tapi, andai logikmu yang hebat itu
sekadar caramu isi kekosongan batinmu
maka, logikkah perbuatanmu itu?
wahai kamu, yang hebat retoriknya
andai logikmu bisa fahami Cinta
maka teruskanlah debatmu
ubah masyarakat menurut logikmu
tapi, andai logikmu itu, retorikmu itu
menyebabkan hatimu kering
ia rosak, ia ego, ia kurang ajar,
[akhirnya bakal ia kekosongan]
maka, logikkah logikmu itu?
dan utamanya, bisakah sekadar logik
tanpa hati nurani, tanpa syariat
memahami secara real perihal Cinta?
dan, yang lebih utama
bisakah kamu mengenal Cinta,
mengenal diri, akan jiwamu
andai dikau disibukkan mindamu
untuk memperbaiki dunia
sebelum dikau perbaiki batinmu?
Ulasan
Catat Ulasan