sungai depresi
katanya:
jiwanya dihayutkan
oleh air gelap psikologi
meronta-ronta dia
meminta pertolongan...
malang buatnya
suara mulutnya diam
hanya dari nuraninya
teriak merintih akan seksa.
dia hanyut tanpa lawan lagi
lelah, penat, kosong rasanya...
akhirnya, pilihnya,
dia coba lemas saja
dalam air psikologinya.
katanya; ia sebagai caranya
hasilkan seni, dan
hargai akan seni tragedi
dalam kesendiriannya
di sepanjang kegelapan
suram malamnya.
anggap dirinya lagi;
jiwa sensitif hasil derita
adalah cara sempurna
untuk hilangkan kesedaran
akan minda, akan ego
agar bisa sirna lemas
ke alam seni kesusasteraan
tanpa diganggu lagi
bising realiti persekitaraan
dan akhirnya bisa lena
bersatu dengan keindahan seni
tanpa perkongsian
tanpa penerangan
tanpa soal bicara
hanya kesendirian
di alam berfantasia itu;
alam seni sastera.
pelikkan dia...
dia senyum walau lelah
kerna kelam air psikologinya
adalah teman terbaik seni sastera
walau ia bukan penawar real
akan derita merana jiwanya...
tapi, buat jiwanya, buat dirinya
hanya itu ubat anti-depresi nya;
sirna ke alam seni-sastera
bersatu dengan estetika seni.
Ulasan
Catat Ulasan