Ideologi si tanah

Mahukah kamu dengar sebuah cerita
Perihal si tanah, yang tinggal jauh
Di hujung sebuah perkampungan... .
Dia telah mengasaskan sebuah ideologi.
Ceritanya si tanah seperti ini...;

Ada tanah, yang tinggal kesendirian
Terperangkap ia dalam pasu bunga,
Dan, tuan tanah meletakkan pasu itu
Berdekatan kumpulnya busuk sampah.
Si tanah tak sesuai untuk bangsa bunga
Kerna ia berasid, kering, berbau, dijauhi.
Tapi, si tanah itu tetap coba senyum
Sambil memandang luas langit biru
Menghargai sisa-sisa nyawa yang ada
Walaupun teramat perit rasa seksanya
Dia sunyi, sepi, sendiri, kelam, sayu.
Kerna penderitaan yang dia lalui itu
Hatinya telah menjadi sangat sensitif
Emosinya lemah, perasaannya syahdu,
Kurang keyakinan dirinya, rohnya mati...
Hinggalah dia asyik salahkan dirinya
Untuk semua penderitaan yang berlaku
Walaupun dia tahu bukan salahnya...
Jiwanya sentiasa seperti itu, kecundang
Tapi, dia sembunyikan semuanya itu
Dari segalanya yang berzahir di dunia ini.
Dan, jauh di lubuk hatinya yang terdalam
Dia percaya bahwa romantika cinta
Bisa selamatkan dirinya dari realitinya.

Terkisahlah, air hujan turun lebatnya
Ia mensucikan noda-noda si tanah itu
Terasa bara semangat mula berapi lagi
Senyum riang si tanah itu akan mulutnya
Rohnya mahu bangkit berjuang hidup.
Hasrat kalbu zatnya itu menjadi nyata
Keesokan harinya, sang cenderawasi
Menjatuhkan biji-biji bunga mawar
Ke dalam pasunya yang retak rosak itu.
Teriak rianglah si tanah mensyukurinya.
Ditala melodi indah oleh si tanah itu
Agar bunga mawar bisa membesar
Biar mekar mengharumi segenap alam.
Setelah sekian hari, si bunga mekar jua
Cinta yang ada dalam ruh si tanah
Diluahkan oleh si tanah kepada bunga.
Si bunga riang menyambut gema cinta
Si tanah pula, rohnya menari indah
Mendakap kembali cinta yang berbalas.

Tapi, semuanya hanyalah ilusi belaka
Si mawar tadi mula dibelai tanah lain
Ia bijak berkata-kata, mewah, sempurna
Berbanding si tanah yang berpasu hodoh
Pada awalnya si mawar merah melawan
Tapi tetap kecundang jua cinta akhirnya.
Si mawar mula berharap tuan tanah
Memindahnya ke pasu lain yang indah
Yang pasunya diimport dari seberang
Yang tanahnya telah diubah unsurnya
Yang hierarki pasunya teratas indahnya.
Setelah hasrat si mawar ditunaikan
Tinggallah si tanah tadi kesendirian lagi
Merasai cahaya rembulan dalam duka
Memenjarai batin dalam tangisan diam.

Tahu kamu siapa si tanah salahkan?
Dia salahkan dirinya sendiri
Dia tetap salahkan dirinya sendiri.
Dia tak salahkan lebatnya hujan
Dia tak salahkan rosaknya pasu
Dia tak salahkan sang cenderawasi
Dia tak salahkan tanah lain itu
Dia tak salahkan kecurangan si mawar
Dia tidak juga salahkan si tuan tanah
Tapi dia salahkan dirinya sendiri...
Sentiasa dia seperti itu;
Setelah jiwanya ditikam derita cinta
Dia akan menikam lagi jiwanya itu
Dengan merenung jauh kesalahannya,
Kekurangannya, kesampahan dirinya
Sehingga akhir hayatnya.

Ini katanya, di pengakhiran hidupnya;
'... kita ini sekadar manusia berjiwa rosak
Yang percaya hanyalah cinta,hanya cinta
Yang mampu selamatkan kita
Dari peritnya sebuah kehidupan...'.

'And in the end, we were all just human
... drunk on the idea that love, only love,
Could heal our brokenness.'
F. Scott Fitzgerald

Itulah kisah si tanah, sebuah tragedi
Yang pada awal ideologinya itu
Percaya cinta sebagai penawar derita
Tapi pada akhirnya, semua itu palsu
Cinta tak wujud dalam nasibnya
Cinta bukanlah penawar untuk dirinya
Ia adalah sumpahan untuk sampah
Seperti dirinya, yang tidak sedar diri.

Kini, sudah sekian lama si tanah mati
Tapi, genetiknya masih bertebaran
Bersembunyi dalam unsur tanah hitam
Yang menolak keindahan tumbuhan
Tiada lagi usaha memekarkan bunga.
Genetik itu banyak mempengaruhi alam
Hinggakan banyak tanah hidup sendiri
Tanpa coba mendakap harum bunga
Kerna si tanah tahu, dia tak layak
Memberi dan menerima cinta bunga.

Akhirnya, ramai pemuda tanah hitam
Menjauhi cinta, menjauhi keindahannya
Dan hanya membiakkan sunyi, sepi,
Kelam, suram, syahdu, sayu, gelap
Dalam kesendiriannya di tepi sampah.

'Adakah kita layak menerima cinta
Dan memberi cinta?', soal rohnya
Kepada hatinya sendiri.

'Tidak layak sama sekali...
Cinta itu sebenarnya hanyalah
Pekerjaan untuk si tanah yang kaya
Yang hierarkinya tinggi, sempurna,
Yang pasunya berinaikan berlian...
Tanah seperti kita, hanya layak mencium
Sepi, sunyi dalam setiap durasi waktu
Sehinggalah kau meninggalkan zahir',
Balas hatinya kepada rohnya itu.

Hebatkan ideologi si tanah itu...?

Ulasan

Catatan Popular