Cemburu Malam kepada Rembulan

Dia buka jendela hatinya
Seluas-luasnya
Agar cahaya rembulan
Bisa masuk, sempurna...
Tapi, 'pabila wujudku mula
Berdiri di depan rumah jiwanya
Dia pilih menutup tingkap itu
Serapat-rapatnya.
Mungkin kerna, dia tidak mahu
Rembulan mengetahui perihalku.

Dia ajakku masuk ke jiwanya
Dan dia katakan padaku bahwa
Jangan sesekali buka tingkap itu
Tingkap yang bercat merah cinta.
Di dalam rumah kalbunya itu
Kami bicara hati ke hati,
Saling ungkap cinta teragung.
Tapi, lama-kelamaan...
akhirnya aku mula sedari...,
Bahwa pada awalnya lagi
Cintanya itu adalah milik rembulan
Tidak pernah sesekali milikku.
Dan, aku juga mula tahu
Bahwa rumah dan tingkap itu
Juga bukan milikku
Ia milik sang rembulan...
Apa yang milikku hanyalah
Kegelapan di malam hari
Yang menyelubungi rumahnya,
Tidak pernah lebih dari itu.

Kenapa, kenapa kamu
Melayan hatiku seperti ini?
Kenapa dikau mahu
Menyeksa hatiku
Hanya untuk menguji cinta
Si dia?
Adakah kerna aku
Layak disakiti cintamu?
Adakah kerna rembulan itu
Tidak diketahui keindahannya
Tanpa ada kegelapan malam?
Tahniah, anda salah satu insan
Yang sudi menikam jiwaku
Sehingga tidak ada lagi
Darah terkeluar darinya, tahniah.

Aku senyum dan hilang
Atas kelebihan cahaya rembulan.

...
Malam itu adalah simbolik duka
Kerna dia cemburu kepada bulan.
Bulan itu dipuji ramai makhluk
Tapi sang malam, diabaikan
Tidak dihiraukan, ditidakwujudkan...

Dia belajar untuk menerima
Nasibnya itu.

Ulasan

Catatan Popular