-habromania si ahli alexithymia-

Ada sebuah kisah,
yang jarang dikisahkan,
sebuah cerita,
yang jarang diceritakan.
Di sebuahnya desa,
wujudlah seorang lelaki tua,
bertemanlah dia dengan seorang budak kecil,
tapi, budak itu bukannya manusia,
bukan juga toyol.
Budak itu adalah bayang-bayang,
berbentuk manusia,
tiga dimensi definisi bentuk-sifatnya,
ia adalah bayang-bayang,
tapi bukan seperti bayang-bayang yang kita faham,
seperti kebiasaannya.
Ia berbentuk manusia tapi ia bayang-bayang,
hitam warnanya, segalanya hitam,
dan dia bisa kristalkan dirinya,
agar berbentuk manusia..

Dia itu bisa berjalan, berkata-kata, tertawa,
seperti manusia lainnya,
yang bezanya,
bayang-bayang itu bisa manifestasikan dirinya,
agar dia bisa masuk ke dalam lubang kecil,
untuk bersembunyi.
Dia itu seperti cahaya,
yang bisa masuk ke lubang kecil,
bezanya dia bukanlah cahaya,
dia itu sekadar bayang-bayang,
yang bisa lalui lubang kecil.
Bayang-bayang itu bisa materialisasikan kewujudannya,
agar ia kelihatan seperti manusia,
bedanya dia dengan manusia,
hanyalah dia itu bayang,
yang berbentuk manusia,
bersifat manusia,
berkarekternya manusia.

Al kisahnya,
datanglah seorang Professor ke rumah itu,
untuk mengkaji segalanya,
melibatkan kisah itu semuanya.
Dan, peliknya,
untuk mengkaji semuanya itu,
si Professor itu,
perlu menjadi bayang,
agar dia bisa merungkai segalanya,
kisah itu.

Hilanglah professor itu zahir manusianya,
dan dia masuk ke alam bayang,
berbentuklah professor itu seperti bayang,
mengkajilah dia dengan jiwa raganya,
menerokalah dia segalanya di sana,
menulislah dia kisah semuanya,
agar bisa dia saintifikkan seluruhnya...

Persoalan baru mula bermain di benaknya,
adakah selepas dia temui jawapannya,
kepada segala persoalan yang bermain di akalnya,
bisakah dia menceritakan segalanya,
bisa tulisannya direalitikannya,
kepada manusia yang tidak terima
kisah semuanya.

Akhirnya,
kisah itu pupus ditelan dunia rational,
yang kata mereka,
hanya wujud dalam alam mimpi,
alam fantasia sahaja.
Tinggallah hasil kajian Professor itu,
di sana, tanpa sesiapa tahunya.
Beberapa cebisan tulisan itu,
ada berlegar di dunia sini,
tapi semuanya kata,
ia ilusi semata,
permainan imaginasi semata,
bilangnya mereka itu,
agar bisa puaskan hati mereka,
di alam empirikal ini,
yang dianggap ala-ala mesin ini.

"Mahu kamu masuk ke sana,
cari tulisannya itu..?
Tapi bayang-bayanglah dulu pilihanmu.
Bisa kamu jadi bayang-bayang...?
Tapi kamu mesti tahu,
kisah hidupmu bakal dikritik,
cara hidupmu jadi bahan tertawakan,
zahirmu hidupmu jadi pencerita masyarakat sekeliling,
Kamu tak akan ada fungsinya di sekelliling.
Mahu kamu?"

"Ya, ku mahu.
Aku tak kisah hidupku dihina, dikritik mahupun dicaci.
Aku tak kisah ku tiada fungsi dalam masyarakat.
Ku bukannya berminat,
nak bantu manusia moden,
untuk ajar mereka,
bagaimana nak survive sehebat mungkin,
dalam sistem kapitalisme itu.
Ku juga tak minat,
nak jadi bahan experiment,
untuk sistem politik,
buatan ahli falsafah Greek itu,
yang telah di-'upgrade'-kan itu,
ku juga tak berminat,
nak berubah kelas ekonomi,
dari proletariat ke bourgeois.
Ku hanya mahu,
cari 'the hidden magic',
terokai 'the hidden knowledge',
melihat 'the hidden reality',
di dunia ini,
yang tiada sesiapa tahu apa ia,
kalau ada yang tahu pun,
hanya sebilangan sahaja,
itupun sekadar tahu,
tapi tak pernah rasai indahnya.
Mahu kamu membawa aku ke sana,
untuk menghayati kisah orang tua itu,
sambil bisa ku menyelam mencari tulisan Professor itu,
atau mungkin,
ku bisa ku tulis tulisanku sendiri,
mengenai bayang-bayang itu,
boleh kamu bawaku ke sana?"

"Boleh...
Ku bisa bawa kamu ke sana,
tapi syaratnya,
kamu perlu buang segalanya,
apa yang kamu tahu semuanya,
dari akalmu."

Akhirlah segala kisah, seluruhnya,
'tulisan' professor itu memperkenalkan dirinya, di depan ku,
datangnya ia tanpa ku sendiri sedari.
Dan ku sembunyikan segalanya,
dari semuanya,
segala kisahnya,
tanpa pengkisahan,
tanpa penceritaan real,
sekadar seorang pencerita fantasia,
yang hasil imaginarinya.
Dan aku ini,
bermulanya dan akhirnya bohemian,
kerna aku memang bohemian.

"Wahai kamu, ya kamu, si pencari fantasia,
masa kamu menelan gula-gula dah sampai,
ini gula-gulanya - lorazepam, ambien, risperdal,
habiskanlah gula-gula itu,
agar kamu bisa menjadi normal,
seperti manusia kebanyakan."

Aku menelan semuanya,
tanpa soal tanpa lawan,
dan lagu pejamkan mata,
nyanyian Malique dan Dayang,
pun dimelodikan di akalku,
bebas tanpa sama maksudnya,
tak sama tafsirannya...

"aku terdengar suara itu lagi
dari tenggara namaku diseru
disuruh hembusnya lilin di setiap empat penjuru
katanya mata penamu tak mencoret solusi
kata magismu takkan mampu cetus revolusi
manusia kan sentiasa menyakiti
yang tak membunuh buatmu kebal sehari lagi
masa untuk koktel Lorazepam, Ambien, Risperdal
semoga afdal bertemu di astral
selamat tiba kita ke republik cinta
lagenda dimensi ruang dan waktu tak bersempadan
halaman terbentang suci, dicuci noda dan nista..."

when the masses,
kata kau itu gila,
maka kau benar gila,
kerna ini zaman demokrasi,
bukan zaman diktator,
bukan juga era monarki.
Tapi, tahukah kamu,
di era moden ini,
secara generalnya,
semua manusia itu ada mental illness nya.
So, apa mental illness nya kamu?

TAMAT.

Ulasan

Catatan Popular