~tentang lagu dan dia~
katanya:
[27/10 4:04 pm] syrnn:
Kenapa dia mendengar lagu?
[27/10 4:04 pm] syrnn:
Kerna lagu, adalah cerminan hatinya, yang duka hasil tragedi psikologinya, cintanya, realitinya...
[27/10 4:05 pm] syrnn:
Dia anggap, lagu itu lebih real realitinya, berbanding sebuah pelarian, dari perasaan sendiri.
[27/10 4:10 pm] syrnn:
Dia dah lelah, sibukkan zahirnya, atau sibukkan akalnya, semata-mata nak lari dari duka hatinya.
Dia dah lelah untuk berbuat itu, maka dia layan saja, duka hatinya dan lemas jiwanya [hasil psikologinya, dan cintanya], sambil mendengar lagu bermelodi syahdu...
[27/10 4:11 pm] syrnn:
Walau semua itu hanya mematikan lagi jiwanya...
[27/10 4:12 pm] syrnn:
Dia dah lelah untuk cari penawar untuk jiwa rosaknya...
[27/10 4:17 pm] syrnn:
Andai dia lari lagi, lari dari kekosongan jiwanya, atau lari dari duka hatinya, dengan sibukkan zahirnya dengan aktiviti sosial-sukan, atau dengan sibukkan mindanya dengan ilmu/maklumat, akhirnya dia tetap akan rasai kekosongan, kerna jiwanya dah asalnya dah rosak, tapi dia sibukkan pula zahirnya, akalnya... ia umpama sebuah pelarian dari kerosakan jiwanya, dengan berharap jiwa yang rosak bisa sembuh, dengan sibukkan zahirnya dengan sosial-sukan, atau sibukkan mindanya dengan ilmu-maklumat.
[27/10 4:18 pm] syrnn:
Ya, sibukkan zahir dan akal, bisa lupa akan kekosongan jiwa, tapi akhirnya ia tetap datang, pada malam hari, di penghujung malam hari, ketika diri bersendirian, di bilik kecilnya.
[27/10 4:20 pm] syrnn:
Jiwa yang kekosongan, andai ia mahu dihilangkan, maka disuruh sibukkan zahir dengan hal-hal sosial-sukan, atau sibukkan minda dengan ilmu-maklumat, dengan harapan semua itu, bisa menjadi penawar kepada jiwa yang kekosongan, tapi akhirnya kekosongan tetap menyapa hati, jiwa tetap rasai kekosongan, setelah penat zahir dan akal, di setiap penghujung malam harinya.
[27/10 4:21 pm] syrnn:
Adakah benar, jiwa yang kekosongan, bisa dirawat dengan sibukkan zahir, atau sibukkan akal? Adakah ia benar, kerna bagiku ia seperti sebuah pelarian dari kekosongan jiwa, kan? Atau aku salah?
[27/10 4:23 pm] syrnn:
Apa sebenarnya yang bisa merawat jiwa yang kekosongan? Adakah sibukkan minda dengan logik akal, rasional akal, sebab dan akibat akal? Atau, sibukkan zahir dengan aktiviti sosial, sukan, etc.? Atau gabungkan dua-dua itu? Andai itu jawapannya, ia bermakna bahwa jiwa itu adalah sama dengan zahir dan akal, kan? Atau aku salah?
[27/10 4:28 pm] syrnn:
Atau, jiwa sebenarnya lain dari akal, dan zahir, kerna jiwa ada kalanya bebas dari pengaruh akal dan zahir, kan? Ya... jiwa, akal dan zahir adalah 'sama', kerna ia 'dalam' badan manusia, tapi andai ia tiada pemisahan [sama sahaja], tiada sifat yang membezakan mereka, jadi kenapa sesuatu yang dicintai jiwa, adakalanya bertentangan dengan logik akal? Kenapa sesuatu yang dicintai oleh akal, adakalanya hanya merosakkan jiwa? Ia bermakna jiwa dan akal adalah berbeza, kan? Atau aku salah lagi?
[27/10 4:30 pm] syrnn:
Ah! Semua persoalan itu, sama sahaja dengan hal-hal sibukkan akal dan zahir, yang akhirnya tetap 'memberi' jiwanya kekosongan... Lebih baik dia melayan saja estetika sastera, seni, melodi, lirik, lagu walaupun semua itu, menambahkan lagi kerosakan jiwanya; mengosongkan lagi jiwanya.
[27/10 4:33 pm] syrnn:
Di kala ini, dia menenggelamkan jiwanya, dalam melodi syahdu, lirik kekosongan, lagu sayu, seni syahdu, poetry sayu, lukisan cermin tangisan hati si pelukis. Mencari dia estetika akan sebuah kesedihan dalam lautan semua itu.
[27/10 4:34 pm] syrnn:
Dia benar-benar lain, dari manusia lain... tapi bagi dirinya, dia tidak anggap dirinya hebat kerna lain dari masyarakat, dia anggap dirinya sampah, loser, useless kerna berjiwa bodoh, rosak, hitam, kosong.
[27/10 4:37 pm] syrnn:
Dia cemburu akan manusia lain, kerna tidak berjiwa seperti dirinya, yang jiwanya itu telah lama membunuh enthusiasm hidupnya, curiosity mindanya, minat material dunianya, cinta romantikanya... jiwanya telah lama bunuh semua itu... di kala ini, semua itu koma dalam hospital kehidupanku, berharap bisa bangun lagi, tapi sepertinya ia hanyalah harapan ilusi, penuh dengan angan-angan sahaja.
[27/10 4:39 pm] syrnn:
'Jiwaku telah lama membunuh enthusiasm hidupku, curiosity mindaku, minat material hatiku, juga cinta romantikaku... ia membunuh semua itu dengan kejam, dan aku pula hanya melihat pembunuhan itu, tanpa bisa berbuat apa-apa...'
[27/10 4:40 pm] syrnn:
'Kini jiwaku juga sama, ia mati, kerna kekosongan; kerna kesunyian, kesedihan, kesepian...'
[27/10 4:45 pm] syrnn:
Siapa sebenarnya yang salah? Adakah jiwanya? Tak, dia tidak salahkan jiwa, dia salahkan dirinya, kerna berjiwa seperti itu, jiwa yang tidak minat akan apa-apa di dunia material, jiwa yang hanya lemas tenggelam di lautan delusi, melayan estetika akan seni-sastera-melodi-lagu-lirik, kerna nak lari dari tragedi psikologinya. Jiwa yang hanya tahu lari ke dalam dunia delusi, coba mencari cinta romantika di sana, di alam delusi itu, semata-mata kerna nak lari juga dari tragedi psikologinya.
[27/10 4:46 pm] syrnn:
Dia salahkan dirinya, kerna berjiwa seperti itu...
[27/10 4:47 pm] syrnn:
Dia salahkan dirinya, kerna ber-psikologi seperti itu, yang psikologi itulah yang telah mempengaruhi jiwanya, untuk menafsir sebuah kehidupan yang lain dari yang lain, lain dari kefahaman dan ikutan majoriti manusia.
[27/10 4:48 pm] syrnn:
Persoalan utamanya, siapa sebenarnya pembunuh utama akan kehidupannya? Psikologinya atau jiwanya?
[27/10 4:51 pm] syrnn:
Mungkin psikologinya, kerna jiwanya dirosakkan oleh psikologinya, dan akhirnya jiwanya yang telah dipengaruhi oleh psikologinya itulah yang menghilangkan curiosity mindanya, enthusiasm hidupnya, minatnya, cintan romantikanya, minat materialnya.
[27/10 4:51 pm] syrnn:
Dia salahkan psikologinya...
[27/10 4:51 pm] syrnn:
-
[27/10 4:58 pm] syrnn:
Andai psikologi salah, maka ia benar, andai dikatakan bahwa sibukkan zahir dengan bersosial, dan minda dengan maklumat-ilmu, bisa merawat psikologi kerna yang mengosongkan jiwa adalah psikologi, maka psikologi lah yang perlu dirawat, kan?
[27/10 5:00 pm] syrnn:
Ya, ia benar, tapi bagaimana pula, andai sosial, ilmu-maklumat, menambahkan lagi kerosakan psikologinya, yang akhirnya menambahkan lagi kekosongan jiwanya?
[27/10 5:02 pm] syrnn:
Sebetulnya, soalan yang utama sekali, yang perlu dicari jawapannya, adalah apa yang merosakkan psikologinya? Andai dah jumpa apa yang merosakkan psikologinya maka carilah cara untuk menghilangkan punca kerosakan psikologinya itu? Kan?
[27/10 5:02 pm] syrnn:
Punca psikologinya rosak adalah: ...
[27/10 5:03 pm] syrnn:
Existential crisis?
[27/10 5:04 pm] syrnn:
'Maka, cari penawar, atau jawapan, dan hayati penawar dan jawapan untuk krisis itu, agar psikologimu sembuh, dan kamu tahu apa itu erti kebahagian dalam hidup beragama...'
[27/10 5:05 pm] syrnn:
Mungkin jawapan yang benar adalah, cari guru mursyid untuk merawat psikologinya, jiwanya, hatinya, mindanya; merawat dia...
[27/10 5:12 pm] syrnn: -
[27/10 5:14 pm] syrnn:
Dia sembunyikan kekosongan jiwanya, hasil depression dengan menyibukkan dirinya, dengan ilmu-maklumat, buku, ceramah, sosial, sukan, media sosial, delusi-ilusi-fantasi, dunia maya, video game, anime, movie, struggle for recognition, komedi, cinta, lagu, variety show, etc.
[27/10 5:57 pm] syrnn:
Tapi, kekosongan jiwanya itu, tidak bisa dia sembunyikan dari mata-mata yang dalam penelitiannya, tilikannya...
lama-kelamaan lagi, ia tidak bisa disembunyikan lagi dari pandangan manusia biasa...
lama-kelamaan lagi, ia tidak bisa disembunyikan lagi dari pandangan manusia biasa...
[27/10 6:32 pm] syrnn:
-
Ulasan
Catat Ulasan