-
katanya
"ku ingin, menulis puisi cinta, cerpen cinta, hanya kepada dirimu. kerna ku takut, suatu hari nanti, hatiku ini tidak lagi cinta akan dirimu. aku nak, tulisanku ini, hanya untukmu, bukan untuk wanita lain, walaupun kau tidak akan pernah mencintaiku kembali, walaupun selama-lamanya dirimu tidak akan membaca tulisan ini, tidak akan tahu bahawa tulisan ini adalah untukmu"
"suatu hari nanti, hatiku ini, tidak akan lagi cinta akan dirimu, tapi bukan bermakna hatiku mencintai wanita lain. ia bermakna, hatiku ini telah bisa move on. suatu hari nanti, aku akan bisa terima realiti cintaku ini. tapi, aku tak akan lagi jatuh cinta, kerna hanya kau wanita yang aku cintai di dunia ini. aku bisa lupakan dirimu, tapi aku tak akan pernah lupa akan cintaku ini kepadamu..."
"di saat ini, aku teringin sangat, agar dikau mencintai ku kembali, walau ku tahu, ia perkara mustahil, kerna kau jauh di sana, malah kau tidak faham bahasaku, juga ku tak faham bahasamu. ku pernah berharap kepada Pencipta, agar dikau mencintaiku. ku berharap, kerna ku tahu, tiada mustahil bagi Pencipta..."
"... tapi, setelah aku berfikir guna akalku, aku sedari sesuatu; ya benar, tiada mustahil bagi Pencipta, tapi ada mustahil untuk makhluk, maka mustahil wanita itu bakal mencintaiku kembali, kerna manusia itu perlukan sebab dan akibat. kerna manusia itu ada limitnya... dan limitku adalah cinta wanita itu kepadaku..."
"... tapi, ku hairan, kenapa hati masih juga berharap, agar dikau mencintaiku, agar dikau menjadi isteriku. mungkin kerna, hati tidak bisa ikut seratus peratus kerasionalan akalku. aku tidak tahu, sama ada hatiku ini bodoh atau bijak, kerna masih juga berharap perkara mustahil.
malah, tahap kemustahilan itu bertambah lagi, kerna aku tak berusaha agar suatu hari nanti, wanita itu sedar akan kewujudanku. aku malas untuk berusaha agar dia bisa aku jumpa di empirikal, tapi aku hairan, hatiku juga masih berharap akan cinta wanita itu. inilah yang dinamakan bodoh, kerna berharap tanpa usaha, kerna suka berkhayal..."
"tapi bagiku, aku usaha atau tidak, dia itu tetap tidak akan jadi milikku, kerna aku tahu mana limitku, apa realitiku.
so, kenapa aku harus berusaha, bilaku tahu, selama-lamanya dia itu tidak akan jadi milikku?"
"dunia virtual ini memang membodohkan hatiku, kerna aku mencintai wanita, yang hanya bisa ku jumpa di dunia virtual, yang ada jauh di sana. tapi, dunia realiti juga membodohkan hatiku, kerna aku pernah mencintai wanita yang juga selama-lamanya tak akan pernah jadi milikku...
sebenarnya, bukan dunia virtual atau dunia realiti yang bodoh, yang bodoh adalah hatiku, yang bodoh adalah akalku...
aaaaaa, aku lelah akan semua ini. aku lelah dengan dunia realiti, dunia virtual, dunia fantasi... semuanya melelah lemaskan jiwaku...
please, aku tak nak lagi rasa cinta, aku tak nak lagi berharap cinta, aku tak nak lagi cari wanita yang bakal mencintaiku kembali... aku dah penat dengan semua itu...
biarlah, selama-lamanya aku tak akan jatuh cinta lagi..
juga kerna..... biarlah wanita itu adalah wanita terakhir yang aku cintai..."
Ulasan
Catat Ulasan