~wajahmu~

katanya:

Aku takut
Pandang akan wajahmu
Kerna, aku takut
Hatiku merana
Hanya kerna
Melihat wajahmu;
Wajah yang selama-lamanya
Tak akan pernah
Pandang akan aku;
Sedar akan cintaku.

Tapi, aku tetap pandang
Akan wajahmu
Kerna, ia adalah
Penawar sementara
Rasa duka, perit
Yang menjiwai hatiku
[Yang menguasai hatiku];
Wujudmu adalah penawar
Dukaku:
Sepiku, sunyiku, piluku.

Benar, dan ternyata
Wajahmu adalah terindah
Dalam pandangan mataku;
Ia adalah seni terindah
Yang pernah muncul
Dalam hatiku.
Wajahmu itu
Sesuai dengan personalitimu
Hingga auranya bisa
Memasuki hatiku;
Aku jatuh cinta
Memandang sifatmu, tabiatmu.

Benarlah, ternyatalah
Wajahmu, senyumanmu, tawamu
Adalah seni terindah
Yang menjiwai karya-karyaku
Yang merasuki seni karyaku
Yang menghantui karya sasteraku.
Senyumanmu itu
Adalah seni teragung
Dalam sejarah memoriku.
Ia akan selama-lamanya
Terpahat dalam memoriku
Walaupun kamu bakal hilang
Dari hatiku, kerna dihilangkan
Oleh masa; oleh durasi waktu.

Wahai kamu
Coba pandang aku
Agar lebur segala sunyi
Yang ada dalam jiwaku.
Wahai kamu
Coba sedar akan wujudku
Agar rasa cinta
Bisa berputik dalam hatimu.
Ah! Ia ilusi! Tetap ilusi!
Kerna, kamu pandang aku
Atau kamu sedar akan wujudku
Kamu tetap tak akan
Tak akan pernah
Jatuh cinta terhadapku;
Tak akan pernah
Sesekali mencintaiku.
Aku tahu, sangat-sangat tahu
Akan itu; akan semua itu.

Ia realiti sebenar
Kisah cintaku terhadapmu.
Aku tahu itu
Aku dah lama tahu itu
Tapi, hati ini tetap berdegil
Kerna masih mahu
Menjadikan kamu penawar sepi
Sedangkan sepi datang ke jiwaku
Juga kerna kamu;
Kamu adalah penawar sepi
Tapi, pada masa yang sama
Kamu juga adalah sumber sepi
Yang menghantui jiwaku
Yang merana-kan jiwaku...
Dan, malang sekali, semua itu
Atas izinku; izin hatiku
Dengan pengiktirafanku
Tanpa larangku.

Selama-lamanya
Bayang sepertiku
Tak akan pernah
Dicintai oleh objek sepertimu;
Aku adalah bayang-bayang
Yang tidak akan pernah
Dicintai oleh kamu
Yang bersifat objek...

Itu realiti hidupku
Itu konklusi hidupku.

Ulasan

Catatan Popular